TUGAS BIOKONTROL"TUMBUHAN YANG MENJADI AGENT HAYATI"

BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
      Tanaman obat telah banyak dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan diantaranya telah terbukti manfaatnya untuk penyembuhan penyakit pada manusia. Selain itu,tanaman obat ini juga berpotensi sebagai salah satu pengendalo hama tanaman(insektisida nabati). Salah satu yang telah diteliti adalah pemanfaatan ekstrak metanol dari tanaman brotowali terhadap hama ulat Spodoptera litura E. Spodoptera litura F adalah hama yang penting dan kosmopolitasn dan hampir menyerang semua tanaman berdaun dan juga merupakan hama penting pada tanaman padi, kedelai, dan bawang merah di indonesia (Balfas et.al.,2009)  
      Selain digunakan untuk mengendalikan hama ulat,brotowali juga digunakan untuk mengendalikan hama lain yang menyerang tanaman kedelai seperti Penggerek Polong (Etiella zinckenella Treit), Kepik Polong (Riptortus linearis), Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites), Kutu daun (Aphis glycines Matsumura), dan Wereng Hijau Kedelai (Empoasca sp) (Adobpina et.al.,2008).
          Dengan demikian dalam makalah ini akan membahas mengenai deskripsi mengenai tanaman brotowali, senyawa yang terkandung di dalamnya dan hama apa saja yang dapat dikendalikan dengan menggunakan tanaman brotowali.

2.      TUJUAN
      Untuk mengetahui kegunaan tanaman brotowali,kandungan senyawanya sebagai salah satu insektisida nabati serta target hama yang bisa diatasi dengan menggunakan tanaman brotowali.
3.      MANFAAT
a.     Agar menjadi salah satu alternatif insektisida nabati untuk pengendalian hama pertanian.
b.   Agar dapat mengurangi penggunaan insektisida sintetik dengan beralih dengan insektisida nabati yang lebih ramah lingkungan.











BAB II
ISI

1.      SEJARAH
      Tanaman brotowali (Tinospora crispa L.) Miers merupakan salah satu tanaman obat yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman  brotowali tersebar di India, Srilangka, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Persebaran tanaman ini di Indonesia meliputi daerah Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. tanaman brotowali mempunyai nama daerah yang berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Contohnya di Jawa tanaman ini lebih dikenal dengan sebutan antawali, pratawali atau daun gadel. tanaman brotowali lebih dikenal dengan nama andawali didaerah Sunda. Berbeda dengan daerah lainnya nama patarwali, akar serting, panamar gantung lebih dikenal oleh masyarakat di Kalimantan. Sedangkan di daerah Malaysia dan Makabuhai Filipina tanaman brotowali ini biasa di sebut dengan orok-orok. Masyarakat China menyebut tanaman ini dengan nama Shen ji teng dan di Perancis sering disebut lianequinen (Heyne dkk, 1987). Toksonomi tanaman brotowali menurut Haryanto (2001) adalah sebagai berikut:
      Devisio                       Spermatophyte
      Subdevisio                  Angiospermae
      Kelas                           : Dicotyedone
      Ordo                           : Rannculalis
      Famili                         : Menispermae
      Genus                         : Tinospora
http://4.bp.blogspot.com/-DrVXykr_yJk/TgW3DO_u6CI/AAAAAAAAABk/cxFwNZTi-h4/s1600/brotowali.jpghttp://kumarpati.files.wordpress.com/2010/08/tinospora_cordifolia1.jpg      Spesies                       Tinospora crispa (L) Miers





2.      DESKRIPSI TANAMAN BROTOWALI
      Tanaman brotowali merupakan tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam di halaman dekat pagar dan dijadikan sebagai tumbuhan obat. Tanaman brotowali menyukai tempat panas, termasuk perdu, memanjat, dan tinggi batang sampai 2,5 m. Tanaman ini memiliki batang sebesar jari kelingking dengan daun tunggal, bertangkai. Panjang daun tanaman brotowali mencapai 7 – 12 cm dengan lebar 5 – 10 cm. Selain itu, tanaman brotowali juga memiliki bunga yang kecil dengan warna hijau muda dan biasanya berbentuk tandan semu. Cara memperbanyak tanaman brotowali biasanya dengan stek. Ciri dari tanaman brotowali adalah merambat panjang mencapai 4-10 m. Ciri khasnya adalah mempunyai zat pahit dan sepanjang batangnya berbintil-bintil, daun berbentuk seperti jantung (oval) dan mempunyai buah dalam tandan berwarna merah muda (Mardisiswoyo dan Rajakmangunsudarso, 1985).
3.      KANDUNGAN SENYAWA AKTIF  TANAMAN BROTOWALI
      Banyaknya manfaat dari tanaman brotowali berkaitan  dengan banyaknya jenis senyawa kimia yang dikandungnya seperti alkaloida, pati, glikosida, zat pahit, pikroretin, barberin, palmatin dan kolumbin. Batang tanaman brotowali mempunyai kandungan biokimia seperti alkaloid, pati, glikosida, zat pahit, tanin, pikroetin, berberin dan sedikit palmatin. Kandungan senyawa kimia dari daun Brotowali memiliki rasa pahit dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam brotowali di antaranya alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, zat pahit pikroretin, palmatin, dan kokulin (pikrotoksin).
      Tanaman brotowali baik batang maupun daun mengandung zat pahit yang berfungsi untuk menyehatkan badan. Zat pahit adalah senyawa yang mampu menstimulasi reseptor pahit yang berada pada pangkal lidah. Stimulasi rasa pahit terjadi terjadi melalui ikatan intramolekuler dengan reseptor. Pada umumnya zat pahit digunakan dalam pemeliharaan sistem pencernaan bagian atas (hati, empedu, dan pankreas). Informasi lain menyebutkan bahwa zat pahit diperlukan pada kondisi berkurangnya sekresi asam lambung yang berdampak pada penurunan selera makan. Situasi ini banyak dijumpai pada usia di atas 65 tahun. Penurunan asam lambung dapat berdampak pada kemungkinan invasi mikroba dan parasit dan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan penurunan mikroba pencernaan. Zat pahit pikroretin merangsang kerja urat saraf sehingga alat pernafasan dapat bekerja dengan baikKandungan alkaloid dan berberin dalam batang brotowali berguna untuk membunuh bakteri pada luka.
      Tanin merupakan salah satu zat aktif pada batang brotowali. Tanin merupakan senyawa polifenol yang mempunyai bobot molekul cukup tinggi dan mengandung gugus hidroksi fenolik dan gugus karboksil. Gugus karbolsil ini membentuk kompleks bersama proteinKompleks tanin protein umumnya terbentuk adanya ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Zat ini mudah mengalami oksidasi terutama oleh enzim folase yang terdapat pada tanaman. Tanaman brotowali juga mengandung senyawa aktif tinokrisposid yang berkhasiat mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan metabolisme atau disimpan secara langsung sebagai lemak (Haryanto, 2001).
            Dalam penelitian sebelumnya penggunaan esktrak batang brotowali dengan ekstrak biji mahoni meunjukkan hasil yang signifikan dalam mengatasi populasi ulat grayak. Hal itu disebabkan oleh konsentrasi kombinasi ekstrak biji mahoni danbatang brotowali terhadap mortalitas ulat grayak menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kombinasi ekstrak biji mahoni dan batang brotowali, maka tingkat mortalitas ulat grayak semakin tinggi. Hal ini karena semakin tinggi konsentrasi semakin banyak senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, banyak senyawa-senyawa seperti flavonoid, saponin, dan triterpenoid terabsorpsi ke dalam tubuh ulat grayak dan menyebabkan penghambatan pertumbuhan larva, terutama pada tiga hormon utama pada serangga, yaitu hormon otak yang menyerang sistem saraf, hormon ekdison yang menghambat proses molting pada ulat, dan hormon pertumbuhan sehingga metabolisme ulat grayak terganggu danmenyebabkan kematian. Senyawa aktif yang terdapat dalam kombinasi ekstrak biji mahoni dan batang brotowali akan memberikan respons terhadap aktivitas makan dan mortalitas ulat grayak. Respons ini terjadi karena senyawa-senyawa tersebut dapat bersifat sebagai racun kontak dan racun perut. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam biji mahoni dan batang brotowali tersebut masuk ke dalam tubuh serangga sebagai racun perut karena pada perlakuan pemberian larutan ekstrak diberikan dengan metode celup pada pakan sehingga senyawa aktif yang terkandung dalam larutan ekstrak masuk ke saluran pencernaan bersama makanan. Senyawa aktif masuk ke saluran pencernaan bagian tengah yang merupakan organ pencernaan utama serangga yang menyerap nutrisi dan sekresi enzim-enzim pencernaan karena memiliki struktur yang tidak dilapisi oleh kutikula. Oleh sebab itu, penyerapan makanan yang terkontaminasi oleh senyawa aktif akan terjadi lebih besar pada saluran pencernaan bagian tengah, jika saluran ini rusak maka aktivitas enzim-enzim tersebut akan terganggu dan proses pencernaan tidak optimum bahkan terjadi kematian. Saponin dapat  menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus menjadi rusak,hal ini dikarenakan saponin yang berinteraksi dengan selaput mukosa menyebabkan otot di bawah permukaan kulit traktus digestivus rusak dan mengalami kelumpuhan. Sehingga apabila penyerapan makanan yang telah terkontaminasi oleh senyawa bioaktif saponin akan disebarkan ke sluruh tubuh melalui sistem peredaran darah dan akan merusak sel darah melalui reaksi hemolisis sehingga akan mengganggu proses fisiologis larva dan akan mengalami kematian.
      Senyawa-senyawa tersebut dapat bersifat racun kontak karena residu yang terdapat pada daun mengalami kontak dengan larva. Residu dari senyawa aktif masuk melalui kulit dan ditranslokasikan ke bagian  tubuh  serangga tempat insektisida aktif bekerja. Racun kontak terjadi karena perubahan kutikula. Kepekaan  racun kontak dapat memasuki tubuh hama dapat terjadi sesaat setelah pergantian kulit karena kulit yan melapisi tubuh serangga masih tipis. Selain itu, dapat juga masuk melalui selaput antar ruas,selaput persendian  pada pangkal embelan dan kemoreseptor pada tarsus.
      Flavonoid termasuk dalam golongan fenolik yang berperan sebagai insektisida ialah rotenon yang merupakan racun penghambat metabolisme dan sistem saraf yang bekerja perlahan. Serangga yang mati diakibatkan karena kelaparan akibat kelumpuhan pada alat mulutnya. Senyawa flavonoid dapat menurunkan kemampuan mencerna makanan pada serangga dengan menurunkan aktivitas enzim protease dan amilase. Akibatnya pertumbuhan serangga menjadi terganggu. Senyawa terpenoid, yaitu triterpenoidmerupakan salah satu senyawa yang bersifat sebagai antimakan (antifedant) karena rasanya yang pahit sehingga serangga menolak untuk makan. Pada kosentrasi tinggi dapat menurunkan aktivitas makan serangga karena sifat serangga yang menolak makan akibat masuknya senyawa yang menstimulasikemoreseptor yang dilanjutkan ke sistem saraf. Biji mahoni dan batang brotowali memiliki rasa yang pahit, hal ini memungkinkan  menjadi penyebab serangga menolak untuk makan (Septian et.al.,2013)
4.      HAMA TARGET DAN CARA PENGGUNAANNYA
a.       Hama walangsangit, Bahan: brotowali satu kilogram dan kecubung dua butir.Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus dengan air satu liter. Air rebusan kemudian disaring. Campuran larutan tersebut dengan air 16 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama walangsangit yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.
b.      Menanggulangi penyakit keriting pada cabai, Bahan: brotowali satu kilogram (atau daun-daunan yang pahit), kapur 10 sendok makan, kunyit satu kilogram.Cara membuat: Ketiga bahan ditumbuk dan diambil airnya lalu dicampur dengan air 30-50 liter. Bahan ini siap digunakan untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai.
c.        Kutu daun (Aphis glycines Matsumura), Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites), Kepik Polong (Riptortus linearis) dan Penggerek Polong (Etiella zinckenella Treit)
Bahan yang digunakan : Brotowali. Cara membuatnya : brotowali satu kilogram dan kecubung dua butir.Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus dengan air satu liter. Air rebusan kemudian disaring. Campuran larutan tersebut dengan air 16 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama Kutu daun (Aphis glycines Matsumura), Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites), Kepik Polong (Riptortus linearis) dan Penggerek Polong (Etiella zinckenella Treit) yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.

BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman brotowali memiliki potensi untuk dijadikan bahan baku insektisida hayati yang lebih ramah lingkungan karena mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, zat pahit pikroretin, palmatin, dan kokulin (pikrotoksin) yang selain berguna bagi penyembuhan penyakit pada manusia juga berguna sebagai pengendali hayati bagi hama-hama pertanian.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013. Pengendali Hayati. http://organikhijau.com/pengendali.php.  Diakses pada tanggal 29 Juni 2013
Adolpina dan A.Rugaya .2008. Keefektifan Beberapa Bahan Nabati Dalam Mengendalikan Opt Kedelai Di Kabupaten Maros .Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008
Balfas R.,Willis M.2009. Pengaruh Ekstrak Tanaman Obat Terhadap Mortalitas dan Kelangsungan Hidup Spodoptera litura F( Lepidoptera,Noctuidae). Bul. Litro. Vol 20(II).2009.148-156
Haryanto,A.P.2001. Efek Rebusan Batang Brotowali ( Tinospora crispa (L.) Miers) Terhadap Peningkatan Bobot Badan,Jumlah Skizon,Ookista dalam Jaringan Sekum dan Kematian Ayam Setelah Diinfeksi Eimeria tenella. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor
Heyne,K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Balitbang Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta
Mardisiswojo, S., Rajakmangunsudarso, H. 1985. Cabe Puyang Warisan Nenek
Moyang. Cetakan I. PN Balai Pustaka. Jakarta.
Septian R.E.,Isnawati,Ratnasari E. 2013. Pengaruh Kombinasi Ekstrak Biji Mahoni dan Batang Brotowali terhadap Mortalitas dan Aktivitas Makan Ulat Grayak pada Tanaman Cabai Rawit. LenteraBio Vol. 2(I) Januari 2013:107-112


Komentar

Postingan Populer