STORY " WALKING ON MEMORIES"
Kisah yang bakal aku ceritain ini
adalah real love story yang pernah terjadi dalam hidupku. Kenalkan namaku Dita.
Mahasiswa semester lanjut di sebuah universitas negeri di Surakarta. Sebagai
seorang cewek yang sudah bukan remaja lagi,pastilah kehidupan kuliah adalah
kehidupan yang penuh dengan cinta. Namun, hal itu tidak pernah aku rasakan
hingga sekarang. Alasannya adalah aku masih dibayangi oleh kisah cinta masa
lalu yang sulit untuk dilupakan. Kisah ini akan di mulai pada 3 tahun yang lalu
yakni saat aku masih SMA. Kehidupan SMA adalah masa-masa yang paling berkesan
bagiku. Karena disinilah aku bertemu dengan cowok yang hingga sekarang masih
mengisi hatiku. Tahun pertama masa SMA inilah aku mulai mengenal cowok itu.
Cowok yang sampai sekarang mampu membuatkan tak berpaling ke cowok-cowok yang
lain. Cowok flamboyan yang tidak sengaja berjalan bersamaku saat memasuki
gerbang sekolah. Cowok itu selalu berpakaian rapi dari ujung kepala hingga
ujung rambut. Pertemuan itu pun terjadi berkali-kali. Namun tidak serta merta
aku langsung menaruh perhatian pada cowok itu,karena kesan pertama yang timbul
saat bertemu dengannya adalah perasaan illfell. Banyak kabar aneh yang tidak
sengaja ku dengar. Ternyata cowok itu dulu adalah penari gambyong,yakni tarian
jawa yang dibawakan dengan lemah gemulai. Entah kenapa tiba-tiba muncul
perasaan illfil saat melihat cowok itu di pagi berikutnya saat bertemu lagi di
depan gerbang sekolah. Dan sebuah kebetulan pun terjadi di tahun ke dua masa
SMA,kelas 2. Cowok itu sekelas denganku dan duduk tepat di samping bangkuku. Karena
masih berasa illfil dengan cowok ini,hari perama kelas 2 tidak pernah sekalipun
kami mengobrol. Sama sekali tidak pernah. Sampai pada akhirnya,teman
sebangkulah yang secara tidak sengaja membuat kami saling mengenal. Meskipun
hanya sebatas mengenal nama. Dan ternyata nama si cowok flamboyan itu adalah
Dana. Sekilas Dana memang sedikit berbeda dengan cowok-cowok SMA pada umumnya.
Meskipunku sebut dia cowok flamboyan tapi dia tidak melambai tapi cerewet
banget seperti cewek.Dia itu terlalu rapi untuk ukuran anak cowok,baju
seragamnya saja sampai tidak pernah lusuh setelah di pakai seharian penuh. Dan
yang paling menambah rasa ilfill adalah dia tidak suka olahraga yang membuat
kotor. Jadi saat pelajaran olahraga dimana siswa cowok bermain sepak bola, si
Dana ini lebih memilih duduk merumpi dengan siswa cewek di pinggir lapangan.
Padahal secara fisik Dana iki sebenarnya ganteng dan otaknya encer ,hanya saja
semua itu tertutup akan perilaku anehnya itu. Dan kebencianku dengan Dana akhirnya mulai
tumbuh. Entah apa yang dia pikirkan dan apa yang sedang dia rencanakan.
Ternyata selama ini dia merasa bahwa teman-teman satu kelas adalah
makhluk-makhluk rendah yang akan mencari keuntungan dari teman yang berotak encer
atas dasar persahabatan. Jadi,dia memilih tidak berteman dengan teman-teman
satu kelas karena alasan enggak selevel sama dia. Menyebalkan sekali cowok ini.
Belum cukup sampai disitu saja,setiap ulangan atau apapun yang menghasilkan
nilai. Dia seperti ingin berperang denganku. Mungkin karena saat itu,peringkat
satu di kelas adalah aku. Dia selalu merasa senang jika nilainya bisa
mengalahkan nilaiku. Dan rasa senangnya itu diperlihatkan dengan kata-kata
merendahkan. Karena itulah mulai dari saat itulah aku memutuskan untuk tidak
mau dekat-dekat dengan Dana apalagi suka sama cowok menyebalkan itu. Waktu
berlalu begitu cepat. Ketidakdekatan yang timbul diantara aku dan Dana sudah
bukan hal yang aneh di kelas. Kami berdua,hanya saling ngobrol kalau ada perlu saja
misalnya pinjam tip-X,pinjam penghapus hingga pinjam buku catatan. Kondisi
tersebut ternyata awet sampai kami kelas 3 . namun kenyataanya di kelas 3 kami
berdua satu kelas lagi. Di kelas 3 ini lah,kisah itu bermulai. Dana yang dulu
menyebalkan,sekarang dua kali lebih menyebalkan dibandingkan saat kelas dua
dulu. Dia sering mengacuhkanku. Sering mendiamkanku dan lebih memilih ngobrol
dengan ketiga temanku. Pokoknya menyebalkan banget. Namun dalam hatiku paling
dalam aku bersyukur juga,karena dengan enggak di ajak ngobrol,aku tidak perlu
menghabiskan energi untuk marah-marah. Karena pernah kejadian,kami berdua
hampir bertengkar di perpustakaan di kelas dan dimanapun karena masalah sepele.
Alhasil beberapa hari berikutnya kami sama sekali tidak saling bertatap muka.
Kalau saja aku tidak ingat nasehat kalau marahan jangan lebih dari 3 hari
mungkin bisa selamanya. Hari-hari kelas tiga yang selalu dipenuhi dengan
pertengkaranku dengan Dana,akhirnya ada juga saatnya dimana kami saling akur.
Semua itu terjadi karena adanya Arif,cowok kelas sebelah yang suka
pinjam-pinjam buku catatanku atau enggak ke Dana. Aku sama Arif memang sudah
lebih cepat akrab jika dibandingkan dengan Dana. Arif itu orangnya humoris
banget dan aku paling suka apapun yang berbau humor makanya kami berdua cepat
akrab. Pelan-pelan saat memasuki semester 2 di kelas tiga yang artinya semakin
dekatnya dengan ujian nasional. Sebuah kejanggalan mulai jadi pada diri Dana.
Entah kenapa suatu hari,di saat semua penghuni kelas mulai mengantuk karena bosan.
Tanpa sengaja aku dapati dia tersenyum sambil melihat tajam ke arah bangkuku.
Spontan saja ku bertanya “ ada apa,Dan?”. Sontak dia menjawab sambil tertawa “
hahaha enggak cuma lucu liat Siska ngantuk kayak gitu”. “Oh gitu ya” jawabku
sambil melihat sesosok cewek bernama Siska yang tidak lain adalah teman
sebangkuku,yang sekarang sudah menutup mukanya rapat-rapat dengan buku tulisnya.
Akibat kejadian yang menurutku jarang terjadi ini. Mulailah terblesit
pertanyaan besar dalam otakku,”apakah Dana suka sama Siska? Soalnya mereka
berdua akur satu sama lain dan apa-apa pasti minta tolong Siska”. Namun saat
itu aku tidak berani bertanya bagaimana perasaan Siska ke Dana. Takut malu. Ditambah
lagi Dana adalah salah satu cowok yang
banyak diincar dan diteror oleh adik tingkat. Sehinga untuk mengatasinya,Sampai
dia minta tolong ke Siska(juga) untuk membalas sms iseng adik tingkat dengan
berpura-pura jadi ceweknya. Mereka kompak bangetkan. Namun,sedikit demi sedikit
aku merasakan perasaan aneh dengan sikap Dana di akhir-akhir kelas tiga.
Perasaan aneh yang tiba-tiba merasuk hatiku,semua bermula dari ajakan Dana buat
berangkat les bareng. Saat itu tempat les kami lumayan jauh,karena berlokasi di
kabupaten sebelah. Dan pas banget hari itu tiba-tiba hujan deras. Aku yang
sengaja menunggu hujan,tidak terlalu memikirkan berangkat bareng sama Dana dan
apakah Dana sudah berangkat atau belum. Pokoknya masa bodoh. Dan segera setelah
ujan sudah dirasa cukup reda,namun masih sedikit gerimis. Alangkah kagetnya aku
melihat cowok berbaju coklat menunggu di pinggir jalan kehujanan. Dana!!.
Perasaan kaget,takjub dan romantis tiba-tiba saja terlintas saja di otakku. Dan
tiba-tiba jantungku berdetak begitu cepat. Gugup. Secepatnya kudatangi
Dana,”udah lama?”tanyaku. “enggak kok,baru aja”jawab Dana singkat.” Beneran?
Kenapa gak bawa payung?”tanyaku lagi.”gak punya payung” jawab Dana sambil
berjalan menghampiriku. Dan sesaat kemudian suasana menjadi sedikit kikuk dan
aneh. Untung saja bis yang biasa kami tumpangi segera datang. Benar-benar sang
penolong. dan itu belum berakhir, setelah sampai di tempat les. Di mana Dana
yang berjalan didepanku tiba-tiba membuat suasana tempat les mendadak ramai.
Semua mata cewek-cewek dari SMA kabupaten sebelah yang juga menunggu masuk
kelas semuanya tertuju pada Dana. Benar-benar seperti adegan di drama boys
before flowers. Dan ketika aku berjalan tepat di belakang Dana.
Tiba-tiba,kondisi menjadi berubah. Puluhan mata cewek cewek yang sebelumnya
berbinar melihat Dana. Berubah menjadi tatapan sinis saat melihatku. Dan
sayup-sayup aku mendengar salah satu dari cewek-cewek itu berbisik pada
temannya “Yah....ternyata udah punya pacar”. Pacar maksud kalian aku?aku!.
Mendengar ada yang bilang seperti itu rasanya pengen ketawa. Dan pas aku
ceritakan pada Dana. Tahu apa yang dia bilang”Oya”. Singkat padat dan jelas.
Mengetahui bahwa kegantengannya secara tidak langsung akan membawa dampak
negatif padaku. Akhirnya aku mengakui sebuah fakta bahwa aku dan Dana hanya
teman sekelas pada salah satu cewek yang dengan keberaniannya bertanya padaku
di tempat les. Setelah mendengarkan jawabanku aku melihat sinar bahagia muncul
dari raut wajah cewek itu. Dan les waktu itu ditutup dengan aku pulang bareng
Arif,dan apa yang terjadi Dana ngambek. Terkadang aku berfikir apa Arif rasa
sama aku. Arif lebih berani dibanding Dana. Ketika mengajak berangkat les
bareng,dia tidak akan malu untuk menjemputku dan menungguku di depan kos. Dan
yang paling romantis adalah dia di bela-belain kehujanan agar aku bisa memakai
payung bersama anak SMP yang ternyata les di tempat yang sama. Setelah saat
itu,hubungan Dana dan Arif mulai renggang. Pulang les pun kalau aku pulang
bareng Arif,Dana entah kemana. Kalau aku pulang bareng Dana tahu-tahu Arif udah
pulang duluan. Sampai sekarang aku belum tahu kenapa mereka bisa kayak gitu.
Oktober 2010. Adalah bulan bersejarah yang akan selalu aku ingat. Bulan itu,
Dana dan Aku berulang tahun. Tanggalnya pun hanya terpaut beberapa jam,dengan
Dana terlebih dahulu. Sebelum malam ulang tahun Dana. Aku berinisiatif
mengirimkan sms selamat ulang tahun beserta ucapan-ucapan. Tiba-tiba Dana meng
SMSiku untuk menanyakan baik buruknya dia. Dengan semangat aku balas tanpa basa
basi. Nah enggak adil dong kalau dia aja yang pengen di nilai. Aku pun juga
mengajukan pertanyaan yang sama kepadanya. Namun apa yang terjadi. Smsku tidak
dibalas olehnya. Karena merasa tidak terima,keesokan harinya aku menagih
jawaban dari smsku. Awalnya dia enggak mau jawab. Tiba saat kelas sepi dari
anak-anak hanya tinggal aku,Dana dan kira-kira enam orang lainnya yang masih di
kelas. Tiba-tiba dia mengubah posisi duduknya agar tepat berada di depanku dan
mulai menjawab pertanyaanku. Aku masih ingat dia malu sekali mengatakan
bahwa”kelebihanmu adalah pinter,baik,rajin,setia kawan,dan kamu cantik”. Enggak
salah denger nih,apa lagi kata-kata terakhir. Sejenak kami berdua terdiam dan
saling berpandangan. Dan sontak aku berdiri meninggalkan Dana di kelas. Aku
malu banget. Dan semenjak kejadian itu hubunganku dengan Dana menjadi kikuk. Ketika
hari perpisahan SMA,aku dapati Dana berdiri di koridor kelas. Apa dia menunggu
seseorang?batinku. Saat ku hampiri dia dan saling mengucapkan selamat, apa lagi
Dana sudah di terima kuliah di Universitas terkenal. Akhirnya saat aku berniat
untuk pamit pulang,aku merasakan adanya hawa tangan yang hendak menepuk bahuku
dari belakang namun tidak jadi. Saat ku balikan badanku ke belakang aku melihat
Dana dengan raut wajah sedihnya. “kenapa kau tidak jadi menepuk bahuku!! Pasti
ada hal yang ingin kau katakan padaku saat itu” batinku. Dan jawaban itu
sedikit-demi sedikit muncul. Siska yang aku curigai di sukai Dana. Akhirnya mengakui
bahwa sebenarnya Dana itu suka sama aku. Waktu dia melihat ke bangku kita
sebenarnya dia ngeliatin kamu yang lagi ngantuk. Dan itu berkali-kali terjadi.
Dan saat perpisahan SMA dulu,dia juga mencoba mencuri-curi foto kamu dari
belakang. Dia juga membelikanmu kaos kuning dengan kartun yang paling kamu suka
dan dia juga kan yang mentraktir makan kita dan hampir habis 50rb. Benarkah
itu. Sampai sekarang aku dan Dana tidak pernah bertemu tapi masih komunikasi.
Aku tahu Dana adalah cowok yang tidak pintar berbicara di depan cewek yang dia
suka. Namun jika saat itu dia benar-benar menepuk bahuku dan ternyata di saat
yang bersamaan dia menembakku untuk jadi pacarnya. Mungkin aku akan
menerimanya.
Komentar
Posting Komentar